Pandangan Seorang Kyai NU Terhadap HTI

Berikut ini adalah tulisan dari seorang Kyai NU, KH Nashrudin mengenai pandangan Beliau terhadap HTI. Beliau adalah pengasuh pondok Al Ma...

Berikut ini adalah tulisan dari seorang Kyai NU, KH Nashrudin mengenai pandangan Beliau terhadap HTI. Beliau adalah pengasuh pondok Al Mabda’ Al Islamy Meteseh Semarang.
Apa pandangan Kyai terhadap HTI?
Akan saya jawab dengan jawaban yang agak panjang.
Manusia memandang segala sesuatu, sangat tergantung dengan pemahaman dia terhadap sesuatu. Sementara pemahaman, sangat sangat tergantung dengan informasi yang ia terima. Orang yang kosong pemahaman dan informasi tentang sesuatu, bisa di pastikan iapun kosong penilaian terhadap sesuatu. Berikutnya, iapun kosong penentuan sikap yang jelas terhadap sesuatu tersebut.
Lain halnya dengan seseorang yang punya informasi negatif tentang sesuatu, bisa di pastikan, ia akan mempunyai penilaian negatif terhadap sesuatu tersebut. Sikap tegas untuk menolak dan menghindari adalah sikap yang tepat dan pasti akan dia miliki.
Beda juga dengan orang yang mempunyai informasi positif tentng sesuatu, tentu ia akan mempunyai penilaian yang positif pula. Selanjutnya, sikap tegas dan jelas untuk membenarkan, memperjuangkan dan mengorbankan segalanya demi kebenaran yang ia yakini adalah sikap yang ia pilih. Ini sunnatullah. Siapapun tak mampu menghindarinya.
Sebagai contoh, masyarakat pedalaman di irian jaya sana, yang mungkin belum tersentuh dakwah islam sama sekali, bahkan mendengar kata “islam” saja belum pernah, tentu jika mereka di tanya,” apa pendapat anda tentang islam?” akan menjawab ,” saya tidak tahu”. Jika di tanyakan,” apakah anda mau memperjuangkannya?, “ kami tak mau memperjuangkannya”. Atau sebaliknya, bagai mana kalau kita musuhi saja?, tentu merekapun menjawab, “tak mungkin kami memusuhi sesuatu yang kami tak ngerti.”.
Ini sangat berbeda dengan sebagian mereka yang telan mendapatkan dakwah non muslim, dan lalu informasi tentang negatifnya islam telah mereka terima, tentu jika pertanyaan dan seruan negatif tentang islam di sodorkan, sangat mungkin mereka akan mengiyakan seruan tersebut.
Beda juga dengan mereka yang telah tersentuh dakwah islam; Informasi indahnya, keutamaan keutamaannya, dan hal hal baik dalam islam telah mereka terima, mereka akan menilai islam sebagai sesuatu yang harus mereka terima, mereka bela dan mereka perjuangkan.
Kondisi seperti inipun sama dengan kondisiku kala itu, sekarang dan kedepan, jika harus menjawab pertanyaan,apa pandangan anda terhadap HTI?
Dulu saya adalah bagian dari mereka yang bersikap hati hati, takut dan waspada terhadap harokah ini. Ini wajar terjadi, karena saat itu saya adalah manusia yang minim informasi, bahkan sama sekali tak tahu tentang apa itu HTI, apa yang di perjuangkannya, bagai mana jalan perjuangannya?
Kurun waktu 2005 an, saya di kontak salah satu syabab HTI. Tepatnya hari kamis bakda asar Kami janjian via sms untuk bertemu dari jam 16:00 sampai 17:00. Kala itu hujan lebat di sertai angin kencang, sampai pepohonan banyak yang tumbang. Semula ku kira tidak jadi karena hujan angin dahsyat tersebut. Namun, tepat jam 16:00 beliau datang.
Salam berulang kali tak ku jawab. Hal ini menurutku wajar, sebagai dampak dari rasa takut, khawatir dan kehati-hatian terhadap apa yang saya belum kenal kala itu.
Meski jujur, sesungguhnya ini adalah sikap yang salah juga, sebagai muslim tak mau menjawab salam saudaranya.
Sesekali saya intip dari jendela. Hujan lebat yang tak kunjung reda, ternyata tak menyurutkan beliau untuk tetap kekeh dengan perjanjian beliau. yakni jam 16:00 sampai 17:00. Akhirnya, tepat sampai jam 17:00 tepat beliau pulang dengan tangan hampa, -pikirku-. Saya sama sekali tak menemuinya.
Harapan  saya, semoga beliau tak datang lagi karena marah. Ternyata, Beberapa hari berikutnya,  beliau sms lagi mau ketemu. Dugaan dan harapan saya ternyata salah pada pengemban dakwah ini.
Kamis minggu berikutnya, kejadian hujan lebat di sertai angin kencang kembali terulang di jam yang sama. Ketepatan waktu ia datangpun kembali beliau lakukan. Iangkar perjanjian karena terdorong rasa was was sebaliknya saya lakukan kembali kecuali 15 menit sebelum beliau pulang. Campur aduk rasa, antara was was, curiga dan rasa ingin tahu apa yang sesungguhnya di bawa pengemban dakwah ini mendorongku untuk menemui beliau di sisa waktu 15 menit akhir dari kesepakatan. Diskusi 15 menit berjalan dan mulutku kelu tak sanggup membantahnya. Hujjah kuat dengan retorika yang apik sekali beliau sodorkan ke saya. Bagai tersihir, sebagai pemburu ilmu yang mencoba berbuat lurus saya tak mampu menangkalnya.
17:00 beliau pamit dan tak mau melebihi waktu kesepakatan, walau sesungguhnya saya masih ingin meruskan diskusi hebat itu. Kesan mendalam saya, beliau muslim yang sangat memegang teguh perjanjian. Datang tepat waktu, dan pulang tepat waktu. Ia tak mudah putus asa, apa lagi marah dengan sikap saya minggu lalu.
Malam tak bias tidur. Gejolak rasa yang campur aduk menggangguku sepanjang malam. Takut dengan aliran baru-walau sesungguhnya bukan aliran-, rasa ingin tahu yang semakin dalam, dan banyak pertimbangan pertimbangan semu lainnya.

Pandangan Seorang Kyai NU Terhadap HTI

Hari hari berjalan, sekuat tenaga saya menekan keinginan untuk tidak penasaran lagi dengan fikroh yang di bawa pengemban dakwah ini. Namun berjalannya waktu saya tetap tak mampu menahannya. Akhirnya saya kirim pesan via sms ke beliau untuk ketemu lagi untuk diskusi. Sejak saat itulah, hari hari saya mencari informasi yang lebih banyak tentang apa, bagai mana dan apa yang di perjuangkan HTI. Semakin jauh melangkah, semakin banyak informasi dan semakin faham. Pemahaman inilah yang kemudian membuatku mampu menilai  HTI. Ia ternyata bukanlah sebuah aliran agama. Ia adalah partai politik islam yang arah perjuangannya ingin menegakkan syari’ah islam secara kafah melalui penegakan khilafah sebagai institusinya. Islam sebagai ideologinya, politik adalah kegiatannya. Di dalamnya banyak muslim yang dulunya dari organisasi NU, Muhammadiyyah dll.
Pemahaman yang di bawa pengemban dakwah ini, benar benar memberiku pencerahan yang luar biasa. Ia mampu membelokkan pemahaman secularku selama ini, dan menuju kepada pemahaman ideologi islam kafah yang lurus.
Akhirnya, islam, bagiku, kini dan seterusnya adalah ideologi agung yang harus saya yakini kebenarannya, saya perjuangkan dan berkorban segalanya untuknya.
Dakwah adalah merubah pemahaman. Pemahaman kafir menjadi islam. Pemahaman setengah islam menjadi islam keseluruhan.[DakwahJateng/Alfatih.web.id]

Related

Semua 8067321934428849013

Posting Komentar

  1. http://www.muslimedianews.com/2015/04/orang-hti-ini-ditulis-sebagai-kyai-nu.html?m=1

    BalasHapus

Silahkan Isi Komentar Dengan Bijak

emo-but-icon

item