Jika Kata Khilafah tidak ada dalam Al Quran,! Apakah kata Demokrasi, NKRI ada dalam Al Quran?

Jika Kata Khilafah tidak ada dalam Al Quran,! Apakah kata Demokrasi, NKRI ada dalam Al Quran?  ***************************************...


Jika Kata Khilafah tidak ada dalam Al Quran,! Apakah kata Demokrasi, NKRI ada dalam Al Quran? 
******************************************
Oleh Ust Muhammad Sands Alfatih


Kita harus memahami pula bahwa pemakaian Istilah Demokrasi Islam pun tidak ada di dalam Al Qur’an. Kalau kita telusuri lebih jauh yang terjadi malah sebaliknya, Allah berfirman di berbagai surat bahwa mengambil mayoritas suara sebagai sebuah kebenaran justru identik dengan kesesatan, karena kebanyakan manusia penuh dengan kelemahan.

“Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, sungguh mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Allah (Qs. al An’aam:116)

“.. dan sesungguhnya kebanyakan manusia itu lengah terhadap tanda tanda kekuasan Kami” (Qs.Yunus:92)

“..dan sesungguhnya kebanyakan manusia itu benar benar fasiq” (Qs. Al Maa’idah: 49)

“ ..Sedikit sekali kalian beriman kepadanya. (Qs.Al Haaqqah:41)

“ Sedikit sekali dari hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs.Saba’:13)

Selanjutnya penjelasan Khilafah yang tidak memiliki dasar di dalam Al Qur’an sama sekali tidak betul. Kalau kita telusuri dari berbagai kitab yang ditulis oleh para ulama, maka kita akan menemui bahwa penjelasan menganai Khilafah banyak dibahas dalam Al Qur’an. Imam Qurthubi, misalnya, ketika menafsirkan Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi,

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Beliau menyatakan bahwa Surat Al Baqarah ayat 30 secara pokok menegaskan tentang aturan mengangkat imam dan khalifah untuk didengar dan dita’ati, untuk menyatukan pendapat serta melaksanakan, melalui khalifah, hukum-hukum tentang khalifah.

Khilafah juga berasal kha-la-fa yang berarti kepemimpinan. Hal ini terdapat dalam makna berbagai makna. Pertama, Generasi pengganti (Al-A’raf: 169, Maryam: 59). Kedua, Suksesi generasi dan kepemimpinan (al-An’am: 165, Yunus: 14 dan 73, Fathir:39). Ketiga, Proses dan janji pemberian mandat kekuasaan dari Allah (an-Nur:55). Keempat, Pemegang mandat kekuasaan dan kewenangan dari Allah (al-Baqarah:30, Shad:26). Jadi, kata khilafah atau khalifah dalam arti kepemimpinan jelas ada dalam al-Quran.

Selanjutnya, Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisaan al-‘Arab menjelaskan bahwa kata imam juga memiliki arti tujuan atau maksud, jalan dan agama, megimami atau maju menjadi pemimpin/imam bagi mereka. Dari sini kita akan mendapatkan informasi tentang khilafah dengan menelusuri ayat-ayat yang mengandung kata imam.

Hal ini juga diamini oleh Imam Ar Razi. Dalam kitabnya, Mukhtar Ash-Shihah, ia mengatakan bahwa Khilafah atau Imamah ‘Uzhma, atau Imaratul Mukminin semuanya memberikan makna yang satu atau sama, dan menunjukkan tugas yang satu, yakni kekuasaan tertinggi bagi kaum muslimin. Ucapan Ar Razi akan sangat definitif dengan pemaknaan Khilafah Islamiyah.

Maka itu, jika penggunaan kata Imam simetris dengan khilafah, maka dari hal ini kita bisa melihat bahwa di dalam Al Qur’an kata imam terulang sebanyak tujuh kali. Dari tujuh ayat tersebut terlihat hanya ada dua yang bernada sama dan dapat dijadikan rujukan dalam persoalan khilafah, yaitu yang berkategori pemimpin dalam kebajikan. Kedua ayat tersebut terdapat pada QS. Al-Baqarah ayat 124 dan QS. Al-Furqan ayat 74.

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. (QS. Al Baqoroh [2]: 124)

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqon [25]: 74)

Oleh karena itu saudaraku, kebenaran bisa dicapai dengan ilmu. Penguasaan suatu ilmu akan memudahkan kita menerima kebenaran Allah. Ilmu pun akan kuat jika dibarengi tauhid yang lurus pula dan jauh dari kemaksiatan. Justeru karena kita diberikan hikmah kemerdekaan oleh Allah SWT, kita harus bersyukur dengan menjalankan seluruh perintahnya, menegakkan hukum Allah, dan menjauhi hukum thaghut, bukan sebaliknya.

Sebab banyak orang yang sudah faham Khilafah dan Syariat Islam hanya karena kepentingan pribadi dan kelompoknya, maka ia pura-pura tidak mengetahuinya. Menyatakan Khilafah ide lapuk dan syariat Islam adalah masa lalu. Semoga kita dihindari dari tipikal orang-orang fasiq dan kufur seperti itu.

”Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung khilafah menurut manhaj kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung para Mulkan ‘Aadhdhon (para penguasa yang menggigit) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsungkepemimpinan Mulkan Jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian akan berelangsung kembali khilafah menurut manhaj kenabian. Kemudian beliau berhenti”. (AHMAD – 17680).

disisi lain Allah SWT menyeru kita sebagai orang beriman dalam surat Al Baqarah ayat 208 yang berbunyi " Hai orang-orang yang beriman masuklah kalian kedalam Islam secara Menyeluruh, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, karena meraka adalah musuh yang nyata.":

Allah juga menegaskan bahwa " Apakah Kalian akan beriman dengan sebagian ayat Ku lalu kufur dengan ayat yang lainnya ? [ QS Al Baqarah 185]

tentu keimanan dalam menjalankan hukum Allah secara menyeluruh hanyalah mampu dilakukan ketika Islam itu sendiri bekedudukan tinggi dalam hukum konstitusi Negara, bukan hanya dalam kelompok atau sekedar personal indevidu.

dan sudah barang tentu kita akan mengufuri ayat-ayat Alla jika Islam tidak dijalankan secara utuh dan menyeluruh seperti yang di terangkan dalam QS Al baqarah 185.

Saudara Muslim yang dirahmati Allah.
mari kita bersihkan hati kita dari kebencian akan syariat dan hukum yang di perintahkan oleh Allah SWT untuk diterapkan dalam setiap aktivitas kehidupan kita, baik dalam tingkat indevidu, kelompok (jama'ah) dan negara yang meliputi akhlaq, muamalah, politik, sosial, budaya dan hukum.

semoga tulisan ini bermanfaat :)

------------------
@SandsAlfatih
www.SandsAlfatih.blogspot.com

******************
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 dan 2Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 206x300 Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 dan 2
Mari Perdalam Perjalanan Heroik Rasulullah dan Para Sahabat dalam mengemban Dakwah Islam dengan membaca Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam

Related

Tsaqofah 8940335799116079861

Posting Komentar

Silahkan Isi Komentar Dengan Bijak

emo-but-icon

item